WAJAH
BARU KERETA API (Tulisan Siang) “Jika anda menginginkan perubahan
kecil, ubahlah PERILAKU anda. Namun jika anda menginginkan perubahan
besar, ubahlah PARADIGMA anda ”.
Jumat kemarin saya berangkat
dari rumah jam 8 pagi mengantar 3 anak balita ke play group. Ada 1
tambahan anak bule si maira sahabat malkia yang sleep over di rumah. Ini
hal yang pertama kali bagi kami. Sang anak bule adalah teman sekelas
malkia putri bungsu kami. Malkia sendiri sudah beberapa kali menginap di
rumah Maira dan sekarang Maira gantian.
Dalam perjalan ke
sekolah, ketiga anak ini ingin cepat-cepat sampai. Ingin cepat-cepat
main. Entah apa yang mereka ributkan sepanjang jalan tadi, sehingga
waktu turun mobil setibanya di sekolah 3 anak langsung lari dengan hanya
memberi salam cepat bye ayah..dan satu kalimat baru yang saya dengar
bye daddy . eeehmm kedengerannya enak di panggil “daddy” sama tuh anak
bule. Sangat dimengeri sih ketiganya semangat langsung berlari karena
sepanjang perjalanan mereka sudah ingin main ini, main itu setibanya
disekolah. Bahkan mereka berdebat dan berargumen nanti mana yang
didulukan mainnya dan siapa yang duluan. Ribut banget isi mobil dengan 3
anak berbahasa inggris campur aduk. Ngak salah kalau ada pameo yang
mengatakan three’s a crowd!
Jadi dirumah mendadak ada 3 anak
berusia 3-6 tahun wondering around ke sana kemari sejak dari kamisnya.
pulang sekolah mendadak anak nambah 1, bule. Jadi sejak kamis hingga
berangkat pagi sekolah rumah mendadak berbahasa internasional. Bahasa
ingris campur jawa campur Indonesia. Bahkan pasukan bedinde pembokat di
belakang tergopoh-gopoh mencoba memahami setiap pertanyaan dan
permintaan dari si anak bule ini. Malkia bahkan harus menterjemahkan
maksud maira ke para support system dirumah.
Saya sendiri
ketika menerima pesan dari istri di rumah kalau “anak kita nambah satu”
posisi sedang dalam perjalanan semarang Jakarta. Saya membalas pesan
tersebut dengan, amien,asyik, seru!. Benar..bermain dengan anak adalah
hiburan tersendiri dimana setelah penat seharian bekerja atau setelah
melakukan perjalanan jauh yg melelahkan. Apalagi di tambah perjalanan
kemarin yg full tanpa istrihat cukup dan mendapatkan pengalaman baru
yang tidak menyamankan.
Seperti kita tahu, pesawat dari Jakarta
pasti semuanya pagi karena di kota-kota lain di indoensia support
system untuk pelayanan bandara tidak siap. Kapal terbang pasti
menginapnya di cengkareng. Kalau di kota lain, tempat menginapnya crew
pesawat di tambah fasilitas dan keamanan bandara masih jauh tidak
berimbang dibanding cengkareng sehiingga pagi hari anatar jam 5-7
pesawat terbang take oof dari cengkareng keseluruh Indonesia. Kalau
dilihat dari bulan, kayak kembang api merekah dengan centrumnya
cengkareng, kira-kira gitu deh visualisasinya.
Jadi, bangun jam
3 pagi berangkat ke bandara plus pasti-pastinya begitu sudah menemukan
bangku di pesawat, langsung jleb tidur. Mencicil sedikit jam tidur yang
kurang. Karena jarak dekat, 1 jam kemudian kapal sudah mendarat di ahmad
yani semarang. Kebangun lagi dan langsung menuju stasiun tawang menaiki
kereta rajawali jurusan Surabaya dan kami turun di Cepu. Ini yang
membuat deg-degan. Karena berita dari team kemarin kereta mogok sehingga
di tengah jalan lokomotifnya di ganti, dikirim dari stasiun tawang.
Yang terjadi biasanya jarak tempuh 2,5 jam molor jadi 7 jam.
Kalau itu terjadi dengan kami maka jadwal di cepu pastinya bubar dan
merepotkan karena pihak mitra sudah menunggu. Ternyata, kereta tepat
waktu namun inilah terjadi kesalahan dan terjadi ke-alpha an ( bahasa
memperhalus diri sendiri supaya ngak bilang sama diri sendiri bodoh) .
Biasanya ada staf yang sudah mengatur perjalanan sehingga confirm tiket
tinggal ambil seating number. Ini tiket kereta rajawali belum di beli
sehingga beli di stasiun. Ok..simple toh! Saya pun membeli 2 tiket kelas
bisnis, yang di jawab oleh petugas tiket 60.000 per orang pak.
Sebenarnya kami ber tiga namun staf produksi sudah beli duluan tiket di
indomaret di Jakarta. Note, ini terobosan bisnis yang luar biasa dari
KAI dimana tiket kereta bisa beli di semua counter indomaret.
Saya bayar dan duduk di peron. Biasa, menikmati kroncong tempo dulu.
Distasiun tawang kita biasa di hibur dengan music keroncong yang
merupakan satu lagi terobosan dari pihak manajemn KAI. Di suguhin music
tradisional, lengkap. Jadi, ngopi, makan gorengang, jagongan ngobrolin
kerjaan, dengan back sound keroncong. Wuuihh sebuah suasana yang romatik
nostalgia.
Kereta tepat waktu, jam 8.15 masuk jalur 1. 15
menit lagi langsung berangkat. Kami pun berjalan ke gerbong dan pastinya
saya akan melanjutkan tidur mencicil lagi kekurangan tidur di atas
kereta. Begitu naik gerbong, petugas menunjuk kana rah, bapak di kelas
bisnis, ini kelas eksekutif pak. Gerbong bapak masih terus lagi nomor
dua dari belakang. Kamipun berjalan menuju titik yang ditunjuk dan
begitu naik gerbong 2, saya memperhatikan kok ngak pake AC.
Saya pun bertanya, lho kok bisnis ngak pake AC pak, kepada petugas
kereta. Oh, yg pakai AC di kelas eksekutif. Waduh, tepok jidat. Di
kepala saya status “bisnis” itu lebih tinggi dari status “eksekutif”.
Seperti arti kata bisnis di pesawat, atau “eksekutif” di kamar hotel
lebih rendah di banding “business suit”. Inilah yang saya katakana tadi,
kebodohan. Ini adalah sebenarnya bentuk tegoran, self critic karena
biasa di layani, sekali melayani diri sendiri begini, ngak hati-hati.
Staf saya yang ikut dengan saya pastinya ngak berani komentar diam saja
dan saya tau dia bête banget dengan kebodohan saya tersebut. namun
dengan sekali lagi ..saya mencoba menjaga kewibaan denga berkata..gini
mas, entar kita main saja dengan kondektur. Kita bayar dia untuk pindah
ke kelas eksekutif. Terlihat wajahnya sedikit ceria ketika saya
mengatakan kita akan “membayar” di atas gerbong.
Kereta
bergerak memutar roda besi perlahan lahan hingga top speednya. Dan
seperti rutinitas, petugas mengecek tiket menanyakan dan memeriksa tiket
penumpang satu persatu. Bagi saya yang sudah kegerahan karena mentari
pagi jam 9 yang cukup menyengat sangat terasa menembus gorden tipis
tepat di bangku saya, menunggu petugas tiket menjadi hal yang
melelahkan. Ketika sang petugas tepat berada di depan saya, sambil
menyodorkan tiket saya bertanya dengan penuh harap. Apa bisa kami
menaikan status tiket dari bisnis ke eksekutif? Berapa kami harus byar?
Di jawab sambil senyum sopan, petugas tiket berkata..maaf pak,
manajemen sekarang tidak ada transaksi di gerbong untuk tiket. Semua ada
di konter di darat maaf kami tidak bisa membantu.
Saya pun terdiam.
Saya mengangguk menyetujui dan mengerti namun dalam hati saya
mengatakan tidak akan menyerah. Kalau jalur resmi tidak bisa maka saya
akan pakai “ jalur tidak resmi” jalur biasanya “orang taat sama duit”,
jalur nyogok. Saya lihat lihat siapa kira-kira secara gerak tubuh adalah
orang yang tepat melakukan hal itu. Salah satu petugas tertinggi di
kereta ini pasti ada, atau petugas keamanan, security. Di sudut mata
yang lain saya melihat staf saya yang juga kegerahan mencoba menikmati
perjalanan dengan berusaha tidur. Namun saya yakin dia menggerutu dalam
hati.
Saya yang jupa sudah ke gerahan karena menggunakan baju
resmi rapih pun mendekat seseorang yang saya anggap punya pengaruh di
kereta. Saya mengatakan, pak saya perlu sekali untuk bisa pindah
keruanagn ber AC karena tadi salah beli tiket. “ Tolong cari bangku
kosong di gerbong eksekutif nanti kita atur-atur biayanya pak?!”
Lalu dia celingukan, dan membawa saya ke tempat yang agak sepi supaya
penumpang lain tidak dengar pasti maksudnya. Posisi itu adalah berdiri
di antara dua gerbong. Ini pengalaman dulu semasa kecil menikmati
berdiri diantara sambungan gerbong, sekarang kami pakai untuk negosiasi.
Wajah petugas terlihat serius, dan saya merasa, he is the man. Ini lah
orang yangtepat yang bisa mengatur maksud saya. lalu dia berkata, begini
pak. Saya mengerti maksud bapak namun saya harus mohon maaf hal itu
tidak bisa saya lakukan karena semua sistem sudahkomputerize. Memnag
mungkin ada bangku kosong namun kalo di pemberhentian selanjutnya atau
di gerbong selanjutnya ada orang. Maka bapak mempermalukan diri sendiri
malah pindah-pindah lagi. Saya atau kami tidak tau bangku mana yang
kosong, benar-benar kosong samapi tujuan di Surabaya. Sebaiknya bapak
menikmati perjalan ini saja toh sudah dekat.
Duh, perut saya
terasa di tonjok. Saya sebel di skak mat seperti ini. Sambil menggerutu
dalam hati saya jalan ke bangku saya. kemudian merebahkan badan dengan
keras sehingga membangunkan staff saya di samping. Dia berkata, ngak
bisa ya pak. Saya hanya mengangguk. Sudah pak istirahat saja, perjalanan
masih panjang, pekerjaan masih banyak hemat dan kumpulin tenaga saja.
Kata-kata tadi tidak saya kmentari. Yang ada saya usahakan mengendalikan
perasaan dan pikiran.
Pengalaman tadi menunjukan banyak hal,
inilah sebenar-benarnya manajemen perusahaan yang baik dan KAI sudah
menjalankan dengan baik, salut sekali. Juga attitude dari pegawai yang
di tunjukan oleh lebih dari satu orang, mereka tidak terbeli oleh uang.
Saya belajar banyak sekali, saya merindukan staf, manajemen organisasi
saya seperti ini. Taat pada sistem. Peristiwa kemarin, asli merubah
PARADIGMA saya. Saya pun melamun dan membuat beberapa tulisan dan
coretan stategi manajemen seperti di terapkan di KAI iniakan saya tiru
di organisasi saya. dan saya membayangkan, kalau saja semua putra bangsa
ber –attitude seperti petugas kereta api, aman pasti Negara ini,
semoga!..Salam salut untuk KAI. (Copas dari Bahtiar Umar).
Sumber artikel :
Pesan moral artikel :
Kontributor Artikel & lamp; Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
click for tour in Malang Regency
Check
Tidak ada komentar:
Posting Komentar