Magelang - Minggu (15/5) Api suci yang diambil oleh puluhan biksu dan umat Buddha dari sumber api abadi di Mrapen, Kabupaten Grobogan. Tiba pukul 16.02, di pelataran Candi Mendut, Kabupaten Magelang
Mobil bak terbuka yang dihiasi dengan aneka bunga, bendera Merah Putih, bendera Walubi, Dewan Sangha Walubi, dan lambang negara Garuda Pancasila. Api suci dibawa oleh Bante Pabakaro dan Saptawirya dan diserahkan kepada Bante Dutavira Mahastavira dari Sangha Mahayana serta Wong Sin Labiko Mahathera dari Sangha Theravada Indonesia.
Api tersebut diletakkan di altar besar di sisi selatan Candi Mendut. Perwakilan 74 sangha yang ada di Indonesia secara bergantian melakukan upacara dan penghormatan terhadap api dharma. Upacara itu diikuti tiga aliran besar dalam agama Buddha yang berasal dari Sangha Theravada, Mahayana, dan Tantrayana.
Seusai prosesi, bahwa api dharma merupakan simbol kekuatan spiritual yang harus terus menyala di hati nurani umat Buddha. Api mampu menerangi kegelapan, sehingga umat dengan hati nuraninya diharapkan bisa hidup bersama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan lebih baik.
Menurut Dutavira Mahastavira salah satu Ketua DPP Walubi Bante mengatakan, api dharma memiliki tiga makna. Pertama, kehidupan manusia pada hakikatnya penuh dengan kesengsaraan dan penderitaan. Karena itu, manusia membutuhkan api dharma sebagai penerang dan pencerah hati dan pikiran.
Kedua, lanjut Bante Dutavira Mahastavira, manusia harus terus menerus berjuang untuk mencari kebahagiaan dan kesejahteraan seperti halnya api berjuang tak kenal lelah melawan kegelapan. ”Terakhir hidup itu harus selalu dalam kebersamaan agar bisa mencapai kesejahteraan,” tuturnya.
Pesan moral artikel :
Kontributor Artikel & lamp; Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
www.MestiMoco.com
Check
Tidak ada komentar:
Posting Komentar