Kasus yang saai ini jadi perbincangan salah satunya adalah Laila Febriani, seorang CPNS Kementerian Perhubungan menghilang sejak Kamis 7 April 2011 lalu. Ibu muda beranak satu itu diketemukan oleh petugas keamanan di Masjid Atta'awun, pada hari Jumat 8 April 2011 (1 bulan) dan akhirnya dijemput keluarga pada Minggu (10/4/2011). Saat ditemukan dia linglung dan tidak dapat mengingat di mana rumah dan asal usulnya. Saat diketemukan Lian bercadar dan menyebut dirinya sebagai Maryam.
Kelompok-kelompok yang sering melakukan pencucian otak saat ini semakin lihai beraksi. Tidak hanya melalui pertemuan langsung dengan korban, saat ini ditengarai kelompok itu mencari target melalui jejaring sosial seperti Facebook, NetLog, Friendster, Koprol dan Twitter.
Sukanto Ketua Tim Re
habilitasi NII Crisis Center mengimbau agar para pengguna internet lebih waspada. jika TIBA-TIBA 'didekati' seseorang yang tidak dikenalnya. "Kalau tiba-tiba ada yang secara intens mendekati, mengajak ngobrol melalui jejaring sosial, waspadalah.
Para pencuci otak ini selalu memakai cara-cara baru untuk mendekati calon target korbannya. Tetapi modus yang digunakan setelah korban merasa tertarik dari tahun ke tahun tidak berbeda.
"Apa yang dikatakan saat perekrutan selalu sama. Doktrin yang diberikan selalu sama," kata Anto yang pernah menjabat sebagai salah satu camat di NII. Perlu diketahui, NII memiliki struktur seperti sebuah negara, yang keanggotaannya juga memiliki jabatan mulai terbawah ketua RT, lurah, camat, hingga presiden.
Adanya kasus Laila Febrianti alias Lian (26) yang diekspose melalui media massa, diharapkan sepak terjang jaringan pencuci otak itu sedikit terbendung. Masyarakat juga diharapkan dapat menyerap berbagai informasi tentang bahaya para pencuci otak ini.
Sumber artikel :
Pesan moral artikel :
Kontributor Artikel & lamp; Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
www.MestiMoco.com
Check
Tidak ada komentar:
Posting Komentar