Kirab ritual dan budaya dalam rangka HUT ke 188 Kelenteng Eng An Kiong,
berlangsung semarak, kemarin. Menempuh jarak sekitar 3,8 km, kirab
tersebut menjadi magnet budaya di Kota Malang. Puluhan dewa dan dewi
diarak sejak pukul 09.00 sampai pukul 11.00
Turut dalam kirab, dewa utama Klenteng Eng An Kiong yakni Hok Tik Cing Sin atau Dewa Bumi. Jumlah dewa dan dewi yang ikut dalam arak-arakan itu mencapai sekitar 31, berasal dari klenteng se-Jawa dan Madura. Para dewa dan dewi itu, diarak diatas tandu yang disebut joli yang berumur tua.
‘’Dewa dan dewi dikirab, supaya membersihkan keburukan di sepanjang jalan,’’ kata Anton Tryono, Humas klenteng Eng An Kiong, kemarin.
Menurut Bunsu Anton sapaan akrabnya, Hok Tik Cing Sin merupakan tuan rumah dalam kirab tersebut. Sebab, semua klenteng memiliki dewa utama masiang-masing. Hanya saja, sebagian besar peserta kirab membawa Hok Tik Cing Sin dan Kwan Kong.
‘’Masing-masing klenteng punya tuan rumah atau dewa utama yang
berbeda,’’ jelasnya.
Para dewa dan dewi itu diusung menggunakan joli sebagai simbol gotong royong dan kerjasama yang erat antara satu dengan yang lain. Dalam kirab tersebut, kerjasama diperlukan para pembawa joli. Semakin apik kerjasama mereka, maka bebannya akan ringan sama dipikul. ‘’Peserta sekitar 2000 orang, dari berbagai kontingen luar Malang,’’ tegasnya.
Antara lain Banyuwangi, Jember, Blitar, Kediri, Sidoarjo, Mojokerto, Nganjuk, Batu, Tulungagung, Surabaya, Kertosono, Pamekasan, Semarang, Besuki, Magelang, Tegal, Rogojampi, Gudo, hingga Jakarta. Para peserta menginap di klenteng selama sekitar satu hari satu malam.
‘’Anggaran untuk kegiatan ini sekitar Rp 600 juta, meliputi pula penginapan dan konsumsi peserta, kalau transportasi mereka menanggung masing-masing,’’ urai dia.
Lantaran namanya juga kirab budaya, tak hanya menyuguhkan ritual tionghoa saja. Dalam kirab juga diikuti kontingen lokal dari lintas agama dan kepercayaan yang turut berpartisipasi.
Dari organisasi masyarakat seperti Ansor yang menampilkan tarian sakera. Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Malang dan Kabupaten Malang menampilkan tari Bali. Juga ada Komunitas Kristen GKJW menyuguhkan serta tim gamelan dan karawitan.
Bahkan ikut pula pondok pesantren di Kota Malang yang memberi suguhan terbang jidor. ‘’Kalau dihitung setiap kontingen membawa tak kurang dari 50 orang,’’ terang dia.
Selain organisasi lokal, juga turut serta dalam kirab, Perhimpunan Tempat Ibadah Tri Dharma (PTITD). Di Jawa Timur ada sekitar 41 tempat ibadah tri dharma atau klenteng di seluruh Jawa Timur.
‘’Yang ikut dalam kirab ini, sekitar 31 kelenteng, merayakan ulang tahun atau she jit eng an kiong saat ini,’’ aku Ketua PTITD se-Indonesia Komisariat Daerah (Komda) Jawa Timur Gunawan Sugianto atau Go Sik Kian.
Kirab kali ini lebih besar dari tahun sebelumnya, dengan rute seputar Jalan Gatot Subroto, Jalan Kertanegara, Jalan Kahuripan, Jalan Basuki Rahmad, kawasan alun-alun timur menuju ke klenteng, Kirab Eng An Kiong biasanya dilakukan tiga tahun sekali, mulai 2003, 2007, 2010 dan 2013.
Klenteng Eng An Kiong memiliki arti istana keselamatan dalam keabadian Tuhan. Hari ulang tahunnya jatuh tanggal 6 bulan 6 tahun imlek atau 13 Juli 2013. Klenteng tersebut dibangun pada tahun 1825 diprakarsai keturunan ketujuh Dinasti Ming, yang bernama Letnan Kwee Sam Hway. (ary/avi)
Turut dalam kirab, dewa utama Klenteng Eng An Kiong yakni Hok Tik Cing Sin atau Dewa Bumi. Jumlah dewa dan dewi yang ikut dalam arak-arakan itu mencapai sekitar 31, berasal dari klenteng se-Jawa dan Madura. Para dewa dan dewi itu, diarak diatas tandu yang disebut joli yang berumur tua.
‘’Dewa dan dewi dikirab, supaya membersihkan keburukan di sepanjang jalan,’’ kata Anton Tryono, Humas klenteng Eng An Kiong, kemarin.
Menurut Bunsu Anton sapaan akrabnya, Hok Tik Cing Sin merupakan tuan rumah dalam kirab tersebut. Sebab, semua klenteng memiliki dewa utama masiang-masing. Hanya saja, sebagian besar peserta kirab membawa Hok Tik Cing Sin dan Kwan Kong.
‘’Masing-masing klenteng punya tuan rumah atau dewa utama yang
berbeda,’’ jelasnya.
Para dewa dan dewi itu diusung menggunakan joli sebagai simbol gotong royong dan kerjasama yang erat antara satu dengan yang lain. Dalam kirab tersebut, kerjasama diperlukan para pembawa joli. Semakin apik kerjasama mereka, maka bebannya akan ringan sama dipikul. ‘’Peserta sekitar 2000 orang, dari berbagai kontingen luar Malang,’’ tegasnya.
Antara lain Banyuwangi, Jember, Blitar, Kediri, Sidoarjo, Mojokerto, Nganjuk, Batu, Tulungagung, Surabaya, Kertosono, Pamekasan, Semarang, Besuki, Magelang, Tegal, Rogojampi, Gudo, hingga Jakarta. Para peserta menginap di klenteng selama sekitar satu hari satu malam.
‘’Anggaran untuk kegiatan ini sekitar Rp 600 juta, meliputi pula penginapan dan konsumsi peserta, kalau transportasi mereka menanggung masing-masing,’’ urai dia.
Lantaran namanya juga kirab budaya, tak hanya menyuguhkan ritual tionghoa saja. Dalam kirab juga diikuti kontingen lokal dari lintas agama dan kepercayaan yang turut berpartisipasi.
Dari organisasi masyarakat seperti Ansor yang menampilkan tarian sakera. Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Malang dan Kabupaten Malang menampilkan tari Bali. Juga ada Komunitas Kristen GKJW menyuguhkan serta tim gamelan dan karawitan.
Bahkan ikut pula pondok pesantren di Kota Malang yang memberi suguhan terbang jidor. ‘’Kalau dihitung setiap kontingen membawa tak kurang dari 50 orang,’’ terang dia.
Selain organisasi lokal, juga turut serta dalam kirab, Perhimpunan Tempat Ibadah Tri Dharma (PTITD). Di Jawa Timur ada sekitar 41 tempat ibadah tri dharma atau klenteng di seluruh Jawa Timur.
‘’Yang ikut dalam kirab ini, sekitar 31 kelenteng, merayakan ulang tahun atau she jit eng an kiong saat ini,’’ aku Ketua PTITD se-Indonesia Komisariat Daerah (Komda) Jawa Timur Gunawan Sugianto atau Go Sik Kian.
Kirab kali ini lebih besar dari tahun sebelumnya, dengan rute seputar Jalan Gatot Subroto, Jalan Kertanegara, Jalan Kahuripan, Jalan Basuki Rahmad, kawasan alun-alun timur menuju ke klenteng, Kirab Eng An Kiong biasanya dilakukan tiga tahun sekali, mulai 2003, 2007, 2010 dan 2013.
Klenteng Eng An Kiong memiliki arti istana keselamatan dalam keabadian Tuhan. Hari ulang tahunnya jatuh tanggal 6 bulan 6 tahun imlek atau 13 Juli 2013. Klenteng tersebut dibangun pada tahun 1825 diprakarsai keturunan ketujuh Dinasti Ming, yang bernama Letnan Kwee Sam Hway. (ary/avi)
Sumber artikel :http://www.malang-post..com
Pesan moral artikel :
Kontributor Artikel & lamp; Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
click for tour in Malang Regency
Check
Tidak ada komentar:
Posting Komentar