Sebuah acara besar terjadi di Bandung pada tahun 1955, mari kita menengok sejarah tersebut
Sumber artikel :gurusejarah.com
Pesan moral artikel :
Kontributor Artikel & lamp; Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
click for tour in Malang Regency
Check
Konferensi Asia Afrika Berakhirnya Perang Dunia I membawa pengaruh
terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan dan
mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu juga ditandai dengan munculnya dua
kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk pengembangan senjata nuklir.
Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara
selalu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Salah satu bentuk penyelenggaraan
kehidupan bernegara adalah menjalin kerja sama dengan negara lain. Kebijakan
yang menyangkut hubungan dengan negara lain terangkum dalam kebijakan politik
luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan politik luar negeri Indonesia juga
harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Indonesia mencetuskan gagasannya untuk
menggalang kerja sama dan solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.
Latar Belakang
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas,
artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia.
Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada
unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara
sendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktifberarti bahwa bangsa Indonesia
secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia
memilih sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II
berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling
berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori
berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet
memelopori kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan
perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan
Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia
dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena
penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan.
Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang
berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina,
Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih
banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai
kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak
melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan.
Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan Afrika yang belum
merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam
Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan
sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia
Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya
maupun dunia pada umumnya.
Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan
pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan
dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi
Colombo.
Konferensi
Pendahuluan
Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu
diadakan konferensi pendahuluan sebagai persiapan. Konferensi pendahuluan
tersebut, antara lain sebagai berikut.
Konferensi Kolombo
(Konferensi Pancanegara I)
Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di
Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April–2 Mei 1954. Konferensi
dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara sebagai berikut.
- Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah
- Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala
- Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu
- Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo
- Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru
Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai
persiapan untuk menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping itu Konferensi
Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi Asia Afrika dan
pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima negara yang
wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian dikenal dengan nama
Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor. Konferensi
Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.
Konferensi Bogor
(Konferensi Pancanegara II)
Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor
pada tanggal 22–29 Desember 1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana
menteri negara-negara peserta Konferensi Kolombo. Konferensi Bogor memutuskan
hal-hal sebagai berikut.
- Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955.
- Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia Afrika.
- Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
- Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
Konferensi Bogor juga terkenal dengan nama Konferensi
Pancanegara II.
Pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika
Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia Afrika
diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18–24 April 1955. Kon-ferensi Asia
Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas negara
pengundang dan negara yang diundang.
- Negara pengundang meliputi Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
- Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold Coast).
Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi
Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu
disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai
oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan Konferensi Asia Afrika
diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.
Latar belakang dan dasar pertimbangan diadakan KAA adalah
sebagai berikut.
- Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia-Afrika.
- Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
- Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite nasional/terpelajar dan intelektual.
- 4) Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
- Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
- Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu sama lain.
Tujuan diadakannya
Konferensi Asia Afrika, antara lain:
- memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
- memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
- memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
- bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
- membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan
bersama negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan
kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi
dalam lingkungan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling
memberikan bantuan teknik dan tenaga ahli. Konferensi berpendapat bahwa
negara-negara di Asia dan Afrika perlu memperluas perdagangan dan pertukaran
delegasi dagang. Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah
perhubungan antarnegara karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi.
Konferensi juga menyetujui penggunaan beberapa organisasi internasional yang
telah ada untuk memajukan ekonomi. Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya
prinsip dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena
itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme dan diskriminasi warna kulit di
beberapa negara. Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan
diskriminasi warna kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan
bahwa kolonialisme dalam segala bentuk harus diakhiri dan setiap perjuangan
kemer-dekaan harus dibantu sampai berhasil. Demi perdamaian dunia, konferensi mendukung
adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar percobaan senjata nuklir
dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan masalah yang sangat penting
dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya
menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai. Demi perdamaian
pula, konferensi menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat segera dapat
diterima menjadi anggota PBB.
Konferensi setelah membicarakan beberapa masalah yang
menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika khususnya dan negara-negara di
dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa keputusan penting, antara lain:
- memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
- menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
- mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
- menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
- aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga
mengajak setiap bangsa di dunia untuk menjalankan beberapa prinsip bersama,
seperti:
- menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
- menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
- mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
- melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
- menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
- a) tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar; b) tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
- tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
- menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
- memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
- menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika
itu dikenal dengan nama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Pengaruh Konferensi
Asia Afrika bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan
Afrika
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi
solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh
Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.
- Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
- Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
- Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
- Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
- Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
- Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan
kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan
dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak
itu, antara lain sebagai berikut.
- Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan/détenteakibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
- Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
- Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
- Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
- Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Konferensi Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas
antarbangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi
juga bergema ke seluruh dunia.[am]
Sumber artikel :gurusejarah.com
Pesan moral artikel :
Kontributor Artikel & lamp; Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
click for tour in Malang Regency
Check
Tidak ada komentar:
Posting Komentar