Foto: Ist
SURABAYA - Beberapa klub Liga Super Indonesia (LSI) sudah menggoyang kursi kepelatihan. Sebut saja Persijap Jepara dan Persib Bandung, yang sudah mengganti nakhoda tim karena dinilai tak mampu memberikan sentuhan terbaik. Untuk tim di Jawa Timur (Jatim), sementara kursi kepelatihan relatif masih adem ayem alias belum ada gejolak. Persibo Bojonegoro yang sejak awal lebih sering menghuni zona relegasi, ternyata masih mempertahankan Sartono Anwar. Demikian pula dengan Persela Lamongan maupun Persema Malang. Persela dan Persema mungkin kondisinya jauh lebih baik dibanding Persibo. Tapi tak bisa dilupakan bahwa kedua klub membebani sang pelatih, yakni Subangkit maupun Timo Scheunemann, untuk menggiring timnya ke papan atas. Pelatih yang terhitung nyaman di tempat duduknya adalah Pelatih Arema FC Miroslav janu dan Pelatih Deltras Sidoarjo Mustaqim. Sementara ini, keduanya menjalankan tugas dengan baik dan sesuai jalur yang dipetakan klub masing-masing. Kendati semua masih awet di posisinya, bukan berarti tidak ada kemungkinan gejolak. Bisa saja salah satu dari pelatih kelima klub tersebut goyah di paruh kompetisi nanti. Dan yang paling berpotensi goyah adalah Sartono Anwar, Timo Scheunemann, sekaligus Subangkit. Sartono Anwar bisa dibilang sangat luar biasa. Hanya mampu membawa timnya menang sekali dari delapan pertandingan, ia tetap berdiri tegak di pinggir lapangan. Manajemen masih memberinya waktu untuk mendandani tim. Padahal, pelatih lain yang sama persis dengan posisinya sudah harus angkat koper, seperti terjadi di Persib Bandung maupun Persijap Jepara. Salah satu faktor manajemen Laskar Angling Dharma mempertahankannya adalah pertimbangan jasanya membawa Persibo promosi ke LSI. Pertimbangan lain, Sartono dianggap masih mampu memperbaiki catatan tim debutan ini. “Selain itu, mengganti pelatih belum tentu sebagai solusi terbaik karena harus memulai dari awal lagi,” cetus Manajer Persibo Taufik Risnendar. Manajemen agak melunak setelah Persibo akhirnya menang untuk pertama kalinya musim ini dengan menekuk Persisam Samarinda 2-1. Namun itu semua tak berlaku seterusnya. Jika Persibo tetap berada di zona bahaya, kesabaran manajemen bisa terus berkurang. Posisi yang belum sepenuhnya nyaman setelah Sartono adalah Timo Scheunemann. Persema sejak pra musim sudah berkoar bakal menjadi penantang serius tim-tim papan atas. Paling tidak, Laskar Ken Arok harus bercokol di empat besar klasemen akhir. Namun, target itu rupanya masih terlalu berat bagi pelatih debutan berdarah Jawa-Jerman. Persema masih sama seperti musim lalu, kehilangan angka dengan mudah di Stadion Gajayana. Saat dalam performa terbaik, tim ini seperti bisa mengalahkan lawan sebagus apapun. Ketika bermain buruk, mereka bahkan terlihat seperti bukan tim LSI. Untuk sementara, manajemen memberikan waktu untuk Timo guna memoles timnya. Tapi pengampunan tak berlaku selamanya, karena manajemen Persema dikenal ambisius. Pergantian pelatih di tengah kompetisi sudah mendarah daging di klub yang didanai Pemerintah Kota Malang. Walaupun masuknya Timo ke Persema diprakarsai langsung Ketua Umum Peni Suparto, itu tak menjamin posisi pelatih yang lancar berbahasa Jawa itu aman tenteram. Beberapa kali Peni, yang juga Walikota Malang, sudah gelisah dengan penampilan timnya yang sangat labil. Bahkan bermain di kandang saja sudah kesulitan. Siapa yang akan menjadi sasaran jika target yang ditetapkan tak kunjung jadi kenyataan? Pelatih pastinya. Pelatih yang juga berada di posisi ‘hangat’ adalah Subangkit. Situasi yang dihadapi Subangkit sama persis dengan Timo di Persema. Dituntut membawa Laskar Joko Tingkir di papan atas, namun tim justru sempoyongan di awal musim. Kehilangan poin di kandang dan kesulitan mencetak gol menjadi topik pembicaraan paling hangat LA Mania. Persela sama sekali di luar rencana kala mengawali kompetisi musim ini. Beruntung situasi berangsur membaik dan manajemen belum sampai terbersit menggoyang posisi pelatih. Kekalahan 1-2 dari Persema Malang di kandang, sedikit terobati dengan satu poin dari Persiwa Wamena sekaligus enam poin dari Persiba Balikpapan dan PSM Makassar. Keinginan melampiaskan kekecewaan di awal musim untuk sementara disimpan manajemen Persela. Kendati demikian, Subangkit harus tetap ekstra hati-hati. Jika terpeleset lagi, mungkin tim biru laut bakal berhasrat menghapus namanya dari kursi kepelatihan. Perlu diingat Subangkit, Persela musim ini sangat bermimpi menjadi tim bergengsi. Selain ketiga nama itu, posisi yang relatif mulus adalah Miroslav Janu dan Mustaqim. Di Arema FC, Miro masih mampu menebarkan aroma sebagai tim juara. Walaupun sejak bergabung dengan Singo Edan ia hanya membuat perubahan kecil dalam tim peninggalan Robert Albert. Ia cuma butuh menggeser posisi Fakhrudin dan menempatkan Dendi Santoso, serta mengorbitkan lagi Leonard Tupamahu. Selain itu, tim Arema hanyalah fotocopy musim lalu. Bedanya, Miro mendapat ‘kehormatan’ sebagai manajer selain pelatih. Untuk membawa Arema sebagai tim papan atas, mungkin pekerjaan yang tak sulit bagi Miro. Tapi Aremania masih menunggu apakah pelatih asal Republik Ceska itu bisa mempertahankan gelar. Berkaca dari sejarah, Miro belum pernah memegang trofi, meskipun berpengalaman di Indonesia. Juru taktik yang sudah melebihi target adalah Mustaqim. Walau baru nongol kala kompetisi berjalan, karena di pra musim tim ditangani Nus Yadera, mantan pemain nasional tersebut mampu membawa Deltras sementara bercokol di papan atas. Padahal, manajemen The Lobster sendiri tak terlalu memberikan beban berlebih. Mustaqim hanya diberi mandat untuk bertahan di kompetisi paling tinggi di tanah air. Terlepas dari kondisi klub yang kurang stabil soal pendanaan, Mustaqim menjadi pelatih yang paling tenteram. (far)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar